Manusia dikenal sebagai makhluk yang dinamis. Hal ini
berbanding lurus dengan alat komunikasinya yang juga dinamis, yaitu bahasa.
Manusia akan berbicara berbeda dalam konteks sosial yang berbeda. Hal ini tak
lepas dari fungsi bahasa sebagai fungsi sosial, yaitu bagaimana fungsi tersebut
digunakan untuk menyampaikan makna sosial yang terkandung di dalamnya. Hal ini
dibahas dalam sosiolinguistik. Secara khusus ilmu ini membahasnya dalam ragam
bahasa.
Dalam kehidupan sosial masyarakat yang kompleks, wajar jika
kemudian muncul berbagai macam variasi bahasa. Variasi bahasa tersebut
memberikan informasi mengenai bagaimana bahasa itu bekerja, bagaimana hubungan
sosial antara pembicara dan lawan bicara dalam sebuah komunitas, dan cara
mereka saling memberi isyarat mengenai identitas sosial mereka melalui bahasa
yang mereka gunakan.
Variasi bahasa muncul karena adanya kegiatan interaksi sosial
yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang beragam dan para penuturnya
yang heterogen. Ada dua pandangan mengenai variasi bahasa. Pertama, variasi
sebagai akibat dari keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi
bahasa itu. Dengan kata lain, variasi bahasa itu muncul karena adanya keragaman
sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk
memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang
beragam.
Dalam prespektif sosiolinguistik,
bahasa tidak hanya dipandang sebagai fenomena individual, tetapi merupakan
fenomena sosial. Sebagai fenomena sosial, bahasa dan pemakaiannya juga
ditentukan oleh faktor-faktor nonlinguistik, antara lain:
- Faktor-faktor sosial: status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan sebagainya.
- Faktor-faktor situasional: siapa berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa.
Walaupun bahasa mempunyai sistem
dan subsistem yang dipahami sama oleh semua penutur bahasa yang bersangkutan.
Namun, karena penutur bahasa merupakan kumpulan manusia yang heterogen, bahasa
tersebut menjadi bervariasi. Hal ini juga disababkan oleh interaksi sosial yang
beragam. Setiap kegiatan memerlukan juga menyebabkan terjadinya keragaman
bahasa tersebut. Keragaman ini akan semakin bertambah jika bahasa tersebut
digunakan oleh penutur yang sangat banyak, dan dalam wilayah yang sangat luas. Seperti
bahasa Inggris yang digunakan hampir di seluruh dunia tentu ragamnya juga
bervariasi.
Berdasarkan tingkat keformalannya, variasi bahasa dibedakan
dalam lima bentuk, yaitu ragam beku (frozen),
ragam resmi (formal), ragam usaha (konsultatif), ragam santai (casual), dan ragam akrab (intimate)(Martin Joss melalui Abdul
Chaer, 2004:70).
Ragam Beku (Frozen), variasi
ini disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan dan tidak
boleh diubah. Ragam ini merupakan variasi bahasa yang paling
formal dan digunakan dalam situasi-situasi khidmat dan upacara-upacara resmi
seperti upacara kenegaraan, khutbah di masjid, tata cara pengambilan sumpah,
kitab, undang-undang, akta notaris, dan surat keputusan. Dalam bentuk tertulis
ragam ini dapat kita temui pada dokumen-dokumen sejarah, undang-undang dasar,
akta notaris, naskah perjanjian jual beli dan surat sewa menyewa. Cirinya:
kalimatnya panjang-panjang, tidak mudah dipotong atau dipenggal, dan sulit
sekali dikenai ketentuan tata tulis dan ejaan standar. Bentuk ragam beku yang
seperti ini menuntut penutur dan pendengar untuk serius dan memperhatikan apa
yang ditulis atau dibicarakan.
Ragam Resmi (Formal),
karakteristik kalimat dalam ragam ini yaitu lebih lengkap dan kompleks,
menggunakan pola tata bahasa yang tepat dan juga kosa kata standar atau baku. Variasi
ini biasanya digunakan dalam pidato-pidato kenegaraan, rapat-rapat dinas,
surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, buku-buku pelajaran, makalah, karya
ilmiah, dan sebagainya. Pola dan
kaidah bahasa resmi sudah ditetapkan secara standar.
Ragam Usaha (Konsultatif), ragam ini tingkatannya berada
antara ragam formal dan ragam santai. Variasi ini lazim digunakan dalam pembicaraan
biasa di sekolah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil
atau produksi. Jadi, dapat dikatakan bahwa ragam ini merupakan ragam yang
paling operasional.
Ragam
Santai (Kasual), pada ragam
ini banyak digunakan bentuk alegro atau ujaran yang dipendekkan. Unsur
kata-kata pembentuknya baik secara morfologis maupun sintaksis banyak diwarnai
bahasa daerah. Ragam ini merupakan variasi yang biasa digunakan dalam situasi
yang tidak resmi seperti berbincang-bincang dengan keluarga ketika berlibur,
berolah raga, berekreasi, dan sebagainya.
Ragam Akrab (Intim), variasi bahasa ini digunakan oleh penutur dan petutur
yang memiliki hubungan sangat akrab dan dekat seperti dengan anggota keluarga
atau sahabat karib. Ragam ini ditandai dengan penggunaann bahasa
yang tidak lengkap, pendek-pendek, dan artikulasi tidak jelas. Pembicaraan ini
terjadi antarpartisipan yang sudah saling mengerti dan memiliki pengetahuan
yang sama.
Dalam menganalisis ragam bahasa berdasarkan tingkat keformalan
ini sangat tergantung dengan situasional ujaran tersebut. Situasional yang
dimaksud ini berkaitan dengan siapa berbicara, bahasa apa yang digunakan,
kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa.