Pengajaran sekarang ini menggunakan
pendekatan siswa sebagai pusatnya (student
centered approach) bukan lagi guru (teacher
centered approach). Walaupun demikian, guru tetap memiliki peranan yang
vital dalam proses pembelajaran. Diantaranya adalah sebagai korektor,
inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator,
pembimbing, demonstrator, pengelola kelas, mediator, supervisor, dan evaluator
(Djamarah, 2000: 43-48). Dengan kesadaran guru memiliki multiperan tersebut,
hendaknya guru membekali dirinya dengan berbagai ilmu. Salah satunya, menurut
penulis, adalah sosiolinguistik. Sosiolinguistik adalah bidang ilmu
antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa
itu di dalam masyarakat (Chaer, 2004:2). Oleh karena itu pemahaman
sosiolinguistik ini sangat bermanfaat bagi seorang guru, terutama guru bahasa.
Di sini, pemahaman sosiolinguistik bermanfaat bagi guru bahasa saat
menyampaikan materi dan kontrol diri bertindak tutur pada saat pembelajaran.
Dalam menyampaikan materi, seorang guru berarti sedang
berperan sebagai informator, korektor, informator, fasilitator, pembimbing, dan
demonstrator. Di sini, sosiolinguistik memberikan bekal pada guru saat
menjelaskan pemilihan ekspresi atau tuturan yang tepat berdasarkan berbagai
hal, seperti: tingkat keformalan, situasi, lingkungan, lawan bicara, topik, dan
konteks saat berbicara. Contoh sederhana dalam Bahasa Inggris adalah dalam
penggunaan ekspresi ‘Good morning’ dan ‘Hi’. ‘Good morning’ digunakan saat
menyapa orang yang lebih tua/lebih dihormati, atau dalam situasi formal.
Misalnya saat menyapa guru atau menyapa hadirin dalam seminar. Guru perlu
memahamkan siswa bahwa berbahasa itu tidak hanya perlu memperhatikan kelancaran
(fluency) dan keakuratan (accuracy), namun juga perlu
memperhatikan kepantasan (appropriateness).
Selain itu, melalui materi yang disampaikan, guru juga bisa mengajarkan
karakter, seperti kesopanan dan menerima perbedaan. Contoh sederhana: saat
tidak mendengar apa yang diucapkan lawan bicara, dalam Bahasa Inggris tidak
menggunakan kata ‘what’ (apa) tetapi big pardon, please (mohon maaf saya
tidak dengar). Belajar menerima perbedaan seperti saat pemilihan Bahasa Inggris
yang digunakan, Bahasa Inggris British kah (color)
atau Bahasa Inggris Amerika (colour).
Penting kiranya penanaman karakter ini mengingat negara Indonesia adalah negara
yang multilingual.
Sedangkan pentingnya pemahaman sosiolinguistik dalam
mengontrol tindak tutur guru pada saat pembelajaran ini berarti saat guru
berperan sebagai korektor, inspirator, organisator, motivator, inisiator,
pengelola kelas, mediator, dan evaluator. Maksudnya, guru sadar bahwa
tuturannya akan berefek pada siswa. Guru memiliki pemahaman bahwa setiap proses
komunikasi menyebabkan terjadinya peristiwa tutur (peristiwa bahasa) dan tindak
tutur (tindak bahasa) dalam satu situasi tutur. Yang dimaksud peristiwa tutur
ialah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk
ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur,
dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat dan situasi tertentu (Chaer,
1995: 61-62). Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis,
dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam
menghadapi situasi tertentu. Kalau dalam peristiwa tutur dilihat dari tujuan
peristiwanya, tetapi dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti
tindakan dalam tuturannya. Dengan pemahaman ini
guru dapat menge-set tuturannya agar
memiliki imbas tertentu bagi siswanya atau menimbulkan respon yang diinginkan
dari siswanya. Lebih lanjut Keraf (2001: 14) mengatakan bahasa sebagai alat
komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan
kita, dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Contoh:
seorang guru memakai bahasa-bahasa jejaring sosial yang sedang berkembang
dikalangan siswanya dengan maksud agar siswa merasa dekat dengannya, sehingga
guru tersebut lebih mudah mengontrol siswanya. Hal ini karena bahasa memungkinkan
tiap orang merasa dirinya terikat degan kelompok sosial yang dimasukinya untuk memperoleh efisiensi yang
setinggi-tinggi.
No comments:
Post a Comment